Siapa Yang Membuat Perppu? Ini Penjelasannya!

Guys, pernah gak sih kalian bertanya-tanya, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) itu sebenarnya dibuat oleh siapa ya? Nah, pertanyaan ini sering banget muncul di benak banyak orang, apalagi kalau lagi ada isu-isu hangat tentang Perppu yang lagi dibahas. Jadi, biar gak penasaran lagi, yuk kita bahas tuntas siapa sih sebenarnya yang berwenang membuat Perppu di negara kita ini!

Mengenal Lebih Dekat Tentang Perppu

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang siapa pembuatnya, ada baiknya kita pahami dulu apa itu Perppu. Perppu adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh presiden dalam keadaan mendesak. Keadaan mendesak ini biasanya ditandai dengan adanya suatu kondisi yang genting dan membutuhkan penyelesaian segera. Misalnya, ada bencana alam, krisis ekonomi, atau situasi politik yang bisa mengancam stabilitas negara. Nah, karena sifatnya yang mendesak, proses pembuatan Perppu ini gak melalui mekanisme legislasi yang panjang seperti pembuatan undang-undang biasa.

Perppu ini punya kedudukan yang sama dengan undang-undang. Artinya, Perppu punya kekuatan hukum yang mengikat dan harus ditaati oleh seluruh warga negara. Tapi, ada satu hal yang penting banget nih, guys. Perppu ini bersifat sementara. Jadi, setelah diterbitkan, Perppu harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam masa persidangan berikutnya. DPR kemudian akan membahas dan memutuskan apakah Perppu tersebut akan disetujui menjadi undang-undang atau tidak. Kalau DPR setuju, Perppu akan menjadi undang-undang. Tapi, kalau DPR menolak, Perppu tersebut akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Jadi, Siapa yang Bikin Perppu?

Oke, sekarang kita masuk ke pertanyaan utama: siapa sih yang berwenang membuat Perppu? Jawabannya adalah Presiden. Yup, Presiden Republik Indonesia punya kewenangan untuk menerbitkan Perppu dalam situasi yang mendesak. Kewenangan ini diatur dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: "Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang." Jadi, jelas ya guys, yang bikin Perppu itu adalah presiden.

Kenapa sih kok presiden yang punya kewenangan ini? Alasannya adalah karena dalam situasi mendesak, negara butuh tindakan cepat dan efektif. Proses pembuatan undang-undang yang melibatkan DPR bisa memakan waktu yang cukup lama. Sementara itu, masalah yang mendesak butuh solusi yang segera. Nah, dengan memberikan kewenangan kepada presiden untuk membuat Perppu, diharapkan negara bisa lebih cepat merespons dan mengatasi masalah yang ada.

Dasar Hukum Pembuatan Perppu

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dasar hukum utama pembuatan Perppu adalah Pasal 22 ayat (1) UUD 1945. Selain itu, ada juga beberapa peraturan perundang-undangan lain yang mengatur tentang Perppu, di antaranya adalah:

• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
• Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (sebelumnya).
• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 yang memberikan batasan yang jelas mengenai "kegentingan yang memaksa" sebagai syarat penerbitan Perppu.

Peraturan-peraturan ini memberikan panduan yang lebih rinci tentang bagaimana Perppu dibuat, apa saja syarat-syaratnya, dan bagaimana proses pengajuannya ke DPR.

Syarat-Syarat Kegentingan yang Memaksa

Nah, ini juga penting nih untuk kita ketahui. Gak semua keadaan bisa dijadikan alasan untuk menerbitkan Perppu. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar suatu keadaan bisa dianggap sebagai "kegentingan yang memaksa". Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009, ada tiga syarat yang harus dipenuhi:

1. Adanya keadaan genting yaitu keadaan yang luar biasa dan tidak bisa diatasi dengan prosedur pembuatan undang-undang biasa.
2. Adanya kekosongan hukum atau hukum yang ada tidak memadai untuk mengatasi keadaan genting tersebut.
3. Keadaan genting tersebut mengancam kepentingan nasional atau ketertiban umum.

Jadi, kalau ketiga syarat ini tidak terpenuhi, presiden tidak boleh menerbitkan Perppu. Penerbitan Perppu yang tidak memenuhi syarat bisa digugat ke Mahkamah Konstitusi.

Proses Pengajuan Perppu ke DPR

Setelah Perppu diterbitkan, presiden wajib mengajukannya ke DPR dalam masa persidangan berikutnya. DPR kemudian akan membahas Perppu tersebut. Proses pembahasan Perppu di DPR ini mirip dengan proses pembahasan undang-undang biasa. DPR akan meminta pendapat dari berbagai pihak, termasuk ahli hukum, masyarakat sipil, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan isi Perppu.

Hasil pembahasan DPR ini bisa berupa:

• Persetujuan: Jika DPR setuju, Perppu akan disahkan menjadi undang-undang.
• Penolakan: Jika DPR menolak, Perppu akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam hal ini, Perppu dianggap tidak pernah ada.
• Persetujuan dengan perubahan: DPR bisa saja menyetujui Perppu dengan beberapa perubahan. Jika ini terjadi, pemerintah harus menyesuaikan Perppu tersebut dengan perubahan yang disetujui oleh DPR.

Contoh Perppu yang Pernah Diterbitkan

Dalam sejarah Indonesia, sudah ada beberapa Perppu yang pernah diterbitkan. Beberapa contohnya adalah:

• Perppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perppu ini diterbitkan untuk mengatasi kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak yang semakin marak.
• Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Perppu ini diterbitkan untuk menindak ormas-ormas yang dianggap bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Kedua Perppu ini sempat menimbulkan kontroversi di masyarakat. Ada yang mendukung, tapi ada juga yang mengkritik. Hal ini menunjukkan bahwa penerbitan Perppu selalu menjadi isu yang sensitif dan perlu dikaji secara hati-hati.

Kontroversi Seputar Perppu

Perppu memang seringkali menjadi sumber kontroversi. Ada beberapa alasan mengapa Perppu sering dikritik:

• Kurangnya Partisipasi Publik: Proses pembuatan Perppu yang cepat seringkali tidak melibatkan partisipasi publik yang memadai. Hal ini bisa menyebabkan Perppu tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
• Rentan Disalahgunakan: Kewenangan presiden untuk membuat Perppu bisa disalahgunakan untuk kepentingan politik tertentu.
• Mengurangi Peran DPR: Penerbitan Perppu bisa dianggap mengurangi peran DPR sebagai lembaga legislatif.

Oleh karena itu, penerbitan Perppu harus dilakukan secara hati-hati dan hanya dalam keadaan yang benar-benar mendesak. Pemerintah juga harus transparan dan akuntabel dalam membuat Perppu.

Kesimpulan

Jadi, guys, sekarang kalian sudah tahu ya siapa yang membuat Perppu. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dibuat oleh Presiden dalam keadaan yang mendesak. Tapi, ingat, Perppu ini bersifat sementara dan harus diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan. Penerbitan Perppu juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar tidak melanggar konstitusi. Semoga penjelasan ini bermanfaat ya!