PPh 21 & 23 Jasa Ahli: Kasus PT Kalingga (2025)

Guys, kali ini kita bakal bahas tuntas tentang PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 atas jasa tenaga ahli, khususnya dalam studi kasus di PT. Kalingga pada tahun 2025. Pembahasan ini penting banget buat kalian yang berkecimpung di dunia akuntansi atau perpajakan, biar nggak salah hitung dan nggak kena sanksi pajak! Yuk, simak baik-baik!

Memahami PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23

Sebelum masuk ke studi kasus PT. Kalingga, kita bedah dulu nih apa itu PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23. Ini penting biar kita punya basic knowledge yang kuat, guys.

PPh Pasal 21: Pajak Penghasilan Karyawan

PPh Pasal 21, singkatnya, adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Jadi, kalau kamu seorang karyawan, honorer, atau tenaga ahli yang menerima penghasilan, maka penghasilanmu itu berpotensi dikenakan PPh Pasal 21. Lebih spesifiknya, PPh Pasal 21 mencakup gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa pun yang diterima oleh karyawan atau tenaga kerja lainnya. Perhitungan PPh Pasal 21 ini cukup kompleks karena melibatkan berbagai faktor, seperti status perkawinan, jumlah tanggungan, dan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

Peraturan terkait PPh Pasal 21 ini tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016. Dalam aturan ini, dijelaskan secara rinci mengenai siapa saja yang menjadi subjek pajak, objek pajak, cara menghitung, dan tata cara pelaporan PPh Pasal 21. Penting banget buat kita memahami peraturan ini agar bisa menghitung dan melaporkan PPh Pasal 21 dengan benar. Jangan sampai skip ya!

Kenapa PPh 21 itu penting? Karena ini adalah salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Uang pajak yang kita bayar akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan pelayanan publik. Selain itu, PPh 21 juga merupakan wujud dari kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Dengan membayar pajak, kita turut serta dalam memajukan bangsa dan negara.

PPh Pasal 23: Pajak Penghasilan atas Jasa dan Modal

Nah, kalau PPh Pasal 23 itu beda lagi, guys. PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan jasa lainnya, yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT). Jadi, kalau perusahaan kamu menggunakan jasa dari pihak lain (misalnya jasa konsultan, jasa hukum, atau jasa akuntansi), maka perusahaan wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa tersebut.

Tarif PPh Pasal 23 ini bervariasi tergantung jenis penghasilannya. Misalnya, untuk jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa konsultasi, tarif PPh Pasal 23 adalah 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Sedangkan untuk dividen, bunga, dan royalti, tarifnya bisa berbeda lagi. Penting untuk diingat, PPh Pasal 23 ini dipotong oleh pihak yang membayar penghasilan, bukan oleh pihak yang menerima penghasilan.

Dasar hukum PPh Pasal 23 bisa kita temukan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008. Selain itu, ada juga peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur lebih detail mengenai jenis-jenis jasa yang dikenakan PPh Pasal 23 dan tarifnya. Kalau kamu nggak yakin suatu jasa itu dikenakan PPh Pasal 23 atau nggak, sebaiknya cek dulu di peraturan ya!

Perbedaan utama antara PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 terletak pada objek pajaknya. PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, sedangkan PPh Pasal 23 dikenakan atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan jasa lainnya. Selain itu, pihak yang memotong pajak juga berbeda. PPh Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja, sedangkan PPh Pasal 23 dipotong oleh pihak yang membayar penghasilan jasa.

Studi Kasus PT. Kalingga Tahun 2025

Oke, sekarang kita masuk ke studi kasus PT. Kalingga tahun 2025. Di tahun ini, PT. Kalingga menggunakan jasa dari dua perusahaan, yaitu:

1. KAP Bambang untuk audit laporan keuangan tahun 2021.
2. Firma Hukum Richard Hutapea dan Rekan untuk [Discussion category : akuntansi - bagian ini perlu diperjelas, apa maksudnya?]

Nah, dari sini kita bisa lihat bahwa PT. Kalingga menggunakan jasa tenaga ahli di bidang akuntansi (audit) dan bidang hukum. Pertanyaannya, bagaimana perlakuan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 atas jasa-jasa ini? Yuk, kita bahas satu per satu.

Analisis PPh atas Jasa KAP Bambang

KAP Bambang memberikan jasa audit laporan keuangan kepada PT. Kalingga. Jasa audit ini termasuk dalam kategori jasa akuntansi, yang merupakan salah satu jenis jasa yang dikenakan PPh Pasal 23.

Jadi, atas pembayaran jasa audit kepada KAP Bambang, PT. Kalingga wajib memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN). Misalnya, jika PT. Kalingga membayar KAP Bambang sebesar Rp 50.000.000 (belum termasuk PPN), maka PPh Pasal 23 yang harus dipotong adalah 2% x Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000.

PT. Kalingga wajib menyetor PPh Pasal 23 yang telah dipotong ini ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Selain itu, PT. Kalingga juga wajib melaporkan PPh Pasal 23 ini dalam SPT Masa PPh Pasal 23 paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Jangan sampai telat ya, guys, karena ada sanksi jika telat setor atau lapor pajak!

Analisis PPh atas Jasa Firma Hukum Richard Hutapea dan Rekan

Selanjutnya, PT. Kalingga juga menggunakan jasa Firma Hukum Richard Hutapea dan Rekan. Jasa firma hukum ini termasuk dalam kategori jasa hukum, yang juga merupakan salah satu jenis jasa yang dikenakan PPh Pasal 23.

Sama seperti jasa audit, atas pembayaran jasa hukum kepada Firma Hukum Richard Hutapea dan Rekan, PT. Kalingga wajib memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN). Misalnya, jika PT. Kalingga membayar firma hukum sebesar Rp 75.000.000 (belum termasuk PPN), maka PPh Pasal 23 yang harus dipotong adalah 2% x Rp 75.000.000 = Rp 1.500.000.

Tata cara penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa hukum ini sama dengan tata cara penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa audit. PT. Kalingga wajib menyetor dan melaporkan PPh Pasal 23 ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kesimpulan dan Implikasi Praktis

Dari studi kasus PT. Kalingga ini, kita bisa melihat bagaimana penerapan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 atas jasa tenaga ahli. Intinya, jika perusahaan menggunakan jasa dari pihak lain (termasuk tenaga ahli), maka perusahaan wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa tersebut. Tarif PPh Pasal 23 untuk jasa tenaga ahli (seperti jasa akuntansi dan jasa hukum) adalah 2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN).

Penting bagi perusahaan untuk memahami ketentuan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 ini agar bisa melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak dengan benar. Jika perusahaan salah dalam memperlakukan PPh, bisa berakibat pada sanksi denda atau bahkan pemeriksaan pajak. Nggak mau kan kena masalah sama pajak?

Selain itu, bagi tenaga ahli yang memberikan jasa, penting juga untuk memahami hak dan kewajiban perpajakan. Tenaga ahli berhak menerima bukti potong PPh Pasal 23 dari pihak yang menggunakan jasanya. Bukti potong ini nantinya bisa digunakan sebagai kredit pajak dalam SPT Tahunan PPh Badan atau PPh Orang Pribadi.

Jadi, guys, semoga pembahasan kita kali ini tentang PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 atas jasa tenaga ahli ini bermanfaat ya! Jangan lupa untuk selalu update dengan peraturan perpajakan terbaru, karena peraturan bisa berubah sewaktu-waktu. Kalau ada pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!