Historiografi Tradisional: Contoh & Ciri-cirinya (Lengkap)

Apa Itu Historiografi Tradisional?

Guys, sebelum kita masuk ke contoh-contohnya, kita kenalan dulu yuk sama yang namanya historiografi tradisional. Historiografi tradisional ini adalah cara penulisan sejarah yang berkembang di masa kerajaan-kerajaan dulu. Jadi, fokus utamanya itu biasanya tentang raja, bangsawan, dan peristiwa-peristiwa penting di sekitar mereka. Gaya penulisannya seringkali bersifat sakral dan magis, karena tujuannya nggak cuma mencatat sejarah, tapi juga melegitimasi kekuasaan raja. Nah, di dalam historiografi tradisional, kita sering banget nemuin unsur mitos dan legenda yang bercampur dengan fakta sejarah. Jadi, nggak heran kalau kadang-kadang kita agak susah ngebedain mana yang beneran terjadi dan mana yang cuma cerita turun-temurun.

Dalam penulisan sejarah tradisional, seorang penulis atau sejarawan sering kali memiliki peran ganda. Selain sebagai pencatat peristiwa, mereka juga bertugas sebagai pujangga kerajaan yang bertugas untuk memuliakan raja dan kerajaannya. Oleh karena itu, subjektivitas sangat tinggi dalam penulisan historiografi tradisional. Hal ini berbeda dengan penulisan sejarah modern yang berusaha untuk lebih objektif dan berdasarkan pada bukti-bukti yang kuat. Selain itu, historiografi tradisional juga cenderung bersifat etnosentris, yaitu memandang sejarah dari sudut pandang kelompok atau bangsanya sendiri. Jadi, cerita tentang kerajaan lain atau bangsa lain seringkali kurang akurat atau bahkan diabaikan sama sekali. Misalnya, dalam babad atau hikayat, seringkali kita menemukan cerita tentang kehebatan raja dan kerajaannya yang dibesar-besarkan, sementara kelemahan atau kekalahan jarang diceritakan. Ini semua dilakukan untuk menjaga citra positif raja dan kerajaan di mata rakyatnya.

Contohnya nih, kita bisa lihat di Babad Tanah Jawi. Di situ kan banyak cerita tentang raja-raja Jawa yang sakti mandraguna dan punya kekuatan mistis. Atau Hikayat Hang Tuah, yang menceritakan tentang seorang laksamana Melayu yang sangat setia dan gagah berani. Kedua contoh ini adalah contoh klasik dari historiografi tradisional yang penuh dengan unsur mitos dan legenda. Jadi, kalau kita baca karya-karya kayak gitu, kita harus pinter-pinter nih memilah mana fakta dan mana fiksi. Tapi, meskipun banyak unsur subjektifnya, historiografi tradisional ini tetap penting loh buat kita pelajari. Soalnya, dari situ kita bisa tahu bagaimana cara pandang masyarakat dulu terhadap sejarah dan bagaimana mereka memaknai masa lalu mereka. Selain itu, historiografi tradisional juga bisa jadi sumber inspirasi buat karya seni dan sastra modern. Jadi, jangan pernah meremehkan nilai sejarah tradisional ya!

Ciri-Ciri Historiografi Tradisional yang Perlu Kamu Tahu

Supaya kita lebih jago lagi dalam mengidentifikasi historiografi tradisional, ada beberapa ciri-ciri penting yang perlu kita ingat, guys. Ciri-ciri ini kayak "signature"-nya historiografi tradisional, jadi kalau kita nemu tulisan sejarah dengan ciri-ciri ini, kemungkinan besar itu adalah historiografi tradisional. Pertama, seperti yang udah kita bahas tadi, historiografi tradisional itu bersifat istanasentris. Artinya, fokus utama ceritanya adalah kehidupan di istana, raja, keluarga kerajaan, dan para bangsawan. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan biasanya yang punya dampak langsung sama kerajaan, kayak peperangan, pernikahan, atau naik tahtanya seorang raja. Kehidupan masyarakat biasa jarang banget diceritain, kecuali kalau ada hubungannya sama kerajaan.

Kedua, historiografi tradisional itu seringkali mengandung unsur mitos dan legenda. Ini nih yang bikin cerita sejarah jadi seru, tapi juga bikin kita harus hati-hati dalam menafsirkannya. Mitos dan legenda ini seringkali dipakai buat melegitimasi kekuasaan raja atau buat nunjukkin kehebatan kerajaan. Misalnya, ada cerita tentang raja yang lahir dari perkawinan manusia dengan dewa, atau cerita tentang kerajaan yang dibangun atas petunjuk gaib. Cerita-cerita kayak gini emang menarik, tapi kita nggak bisa langsung percaya gitu aja. Kita harus tetap kritis dan mencari bukti-bukti lain yang mendukung cerita tersebut. Ketiga, historiografi tradisional itu bersifat subjektif. Penulis sejarah di masa lalu seringkali punya kepentingan tertentu dalam menulis sejarah. Mereka bisa jadi punya hubungan dekat sama raja, atau punya tujuan politik tertentu. Akibatnya, cerita sejarah yang mereka tulis bisa jadi bias atau nggak seimbang. Misalnya, mereka bisa membesar-besarkan keberhasilan raja, atau menyembunyikan kesalahan-kesalahannya. Jadi, kita harus sadar bahwa sejarah tradisional itu adalah hasil interpretasi seseorang, dan interpretasi itu bisa dipengaruhi oleh banyak faktor.

Keempat, historiografi tradisional itu gaya bahasanya klasik dan sastrawi. Mereka sering pakai bahasa yang indah dan penuh dengan kiasan. Tujuannya bukan cuma buat menyampaikan informasi, tapi juga buat menghibur pembaca. Kita sering nemuin kalimat-kalimat panjang yang penuh dengan metafora dan simile. Ini emang bikin cerita jadi lebih menarik, tapi juga bisa bikin kita agak susah memahami isi ceritanya. Kita perlu latihan nih buat membaca dan memahami bahasa-bahasa klasik kayak gini. Kelima, historiografi tradisional itu kurang memperhatikan kronologi. Mereka nggak terlalu peduli sama urutan waktu kejadian. Yang penting buat mereka adalah menyampaikan pesan atau nilai-nilai tertentu. Jadi, kadang-kadang kita nemuin cerita yang loncat-loncat dari satu waktu ke waktu lain, atau ada kejadian yang diceritain berulang-ulang dari sudut pandang yang berbeda. Ini emang bikin kita agak bingung, tapi juga nunjukkin bahwa cara pandang orang dulu terhadap waktu itu beda sama kita sekarang.

Contoh-Contoh Historiografi Tradisional di Indonesia

Di Indonesia, kita punya banyak banget contoh historiografi tradisional yang keren-keren, guys! Karya-karya ini nggak cuma penting buat memahami sejarah kita, tapi juga buat mengenal budaya dan nilai-nilai luhur bangsa kita. Beberapa contoh yang paling terkenal antara lain:

1. Babad Tanah Jawi: Ini adalah salah satu karya historiografi tradisional yang paling terkenal di Indonesia. Babad Tanah Jawi menceritakan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa, mulai dari Kerajaan Mataram Kuno sampai Kasunanan Surakarta. Di dalam babad ini, kita bisa nemuin cerita tentang raja-raja yang sakti mandraguna, peperangan yang dahsyat, dan intrik-intrik politik di istana. Tapi, kita juga harus ingat bahwa Babad Tanah Jawi ini penuh dengan unsur mitos dan legenda, jadi kita harus hati-hati dalam menafsirkannya.

2. Hikayat Raja-Raja Pasai: Hikayat ini menceritakan tentang sejarah Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Indonesia. Di dalam hikayat ini, kita bisa nemuin cerita tentang pendirian kerajaan, penyebaran agama Islam, dan hubungan Samudera Pasai dengan kerajaan-kerajaan lain di dunia. Hikayat Raja-Raja Pasai ini penting banget buat kita pahami, karena dari situ kita bisa tahu bagaimana Islam masuk dan berkembang di Indonesia.

3. Hikayat Hang Tuah: Ini adalah cerita tentang seorang laksamana Melayu yang sangat setia dan gagah berani. Hang Tuah digambarkan sebagai sosok pahlawan yang punya banyak keahlian dan selalu membela kebenaran. Hikayat Hang Tuah ini populer banget di kalangan masyarakat Melayu, dan seringkali dijadikan sebagai sumber inspirasi buat karya seni dan sastra.

4. Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu): Karya ini menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan Melayu, mulai dari Kerajaan Melayu Kuno sampai Kesultanan Malaka. Sulalatus Salatin ini penting banget buat kita pahami, karena dari situ kita bisa tahu tentang asal-usul bangsa Melayu dan perkembangan peradabannya.

5. Pararaton: Pararaton ini menceritakan tentang sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Di dalam pararaton, kita bisa nemuin cerita tentang Ken Arok, Gajah Mada, dan tokoh-tokoh penting lainnya dalam sejarah Indonesia. Pararaton ini unik banget, karena ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan dan penuh dengan teka-teki dan simbolisme.

Selain contoh-contoh di atas, masih banyak lagi karya historiografi tradisional lainnya di Indonesia, seperti Babad Giyanti, Babad Diponegoro, dan lain-lain. Masing-masing karya ini punya ciri khas dan keunikan tersendiri, dan semuanya penting buat kita pelajari. Dengan mempelajari historiografi tradisional, kita bisa lebih memahami sejarah dan budaya bangsa kita, serta menghargai warisan leluhur kita. Jadi, jangan pernah bosen buat baca dan belajar sejarah ya, guys!

Lalu, Mana yang Bukan Contoh Historiografi Tradisional?

Nah, sekarang kita masuk ke pertanyaan inti nih, guys: Mana yang bukan contoh historiografi tradisional? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami dulu perbedaan antara historiografi tradisional dengan jenis historiografi lainnya, seperti historiografi modern dan historiografi kolonial. Historiografi modern, misalnya, itu lebih menekankan pada objektivitas dan penggunaan metode penelitian yang ilmiah. Mereka berusaha untuk menyajikan sejarah seakurat mungkin, berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Sementara itu, historiografi kolonial itu ditulis oleh para sejarawan dari negara penjajah, dan seringkali punya sudut pandang yang bias terhadap sejarah bangsa yang dijajah.

Jadi, kalau ada karya sejarah yang ditulis dengan gaya bahasa modern, berdasarkan penelitian yang cermat, dan berusaha untuk objektif, maka itu bukan contoh historiografi tradisional. Contohnya, buku-buku sejarah yang ditulis oleh para sejarawan modern, artikel-artikel ilmiah tentang sejarah, atau bahkan film dokumenter sejarah yang dibuat dengan riset yang mendalam. Karya-karya ini biasanya lebih fokus pada analisis peristiwa sejarah, mencari sebab-akibatnya, dan menempatkan peristiwa tersebut dalam konteks yang lebih luas. Mereka juga lebih memperhatikan berbagai sudut pandang dan berusaha untuk menyajikan sejarah secara komprehensif. Selain itu, karya-karya sejarah modern juga biasanya dilengkapi dengan catatan kaki, bibliografi, dan sumber-sumber referensi yang jelas. Ini penting banget buat nunjukkin bahwa karya tersebut didasarkan pada penelitian yang serius dan bisa dipertanggungjawabkan.

Sebaliknya, kalau ada karya sejarah yang ditulis dengan gaya bahasa klasik, penuh dengan mitos dan legenda, subjektif, dan fokus pada kehidupan istana, maka itu adalah contoh historiografi tradisional. Jadi, kita harus pinter-pinter nih membedakan antara keduanya. Caranya, ya dengan memahami ciri-ciri historiografi tradisional yang udah kita bahas tadi. Dengan begitu, kita nggak akan salah lagi dalam mengidentifikasi karya sejarah. Intinya, guys, historiografi tradisional itu penting buat kita pelajari, tapi kita juga harus kritis dalam menafsirkannya. Kita nggak bisa langsung percaya semua yang tertulis di dalamnya, tapi kita juga nggak boleh meremehkannya. Kita harus bisa memilah mana fakta dan mana fiksi, serta memahami konteks sejarah di mana karya tersebut ditulis. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih utuh tentang sejarah bangsa kita.

Kesimpulan

Oke guys, dari pembahasan kita kali ini, kita udah belajar banyak tentang historiografi tradisional. Kita udah tahu apa itu historiografi tradisional, ciri-cirinya, contoh-contohnya di Indonesia, dan bagaimana cara membedakannya dengan jenis historiografi lainnya. Semoga dengan pengetahuan ini, kalian jadi lebih tertarik lagi ya buat belajar sejarah. Ingat, sejarah itu bukan cuma tentang masa lalu, tapi juga tentang masa kini dan masa depan kita. Dengan memahami sejarah, kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu, menghargai keberhasilan para pendahulu kita, dan membangun masa depan yang lebih baik. Jadi, teruslah belajar dan menggali sejarah, guys! Semangat!