Fenomena Yang Tak Dibahas Dalam Teks Eksplanasi

Hai guys! Pernah nggak sih kalian bertanya-tanya, kenapa ya ada beberapa fenomena yang kayaknya nggak pernah dibahas dalam teks eksplanasi? Nah, kali ini kita bakal kupas tuntas soal ini. Teks eksplanasi itu kan tujuannya buat jelasin proses terjadinya sesuatu, baik itu fenomena alam, sosial, atau budaya. Tapi, ternyata ada beberapa jenis fenomena yang emang nggak cocok buat dijelasin pakai teks eksplanasi. Kenapa begitu? Yuk, kita bedah satu per satu!

Apa Itu Teks Eksplanasi?

Sebelum kita masuk lebih dalam, ada baiknya kita samain dulu persepsi kita soal teks eksplanasi. Jadi, teks eksplanasi itu adalah teks yang isinya ngejelasin tentang proses terjadinya suatu fenomena. Fenomena ini bisa macem-macem, mulai dari fenomena alam kayak gunung meletus, gempa bumi, banjir, sampai fenomena sosial kayak kemiskinan, pengangguran, atau bahkan fenomena budaya kayak tradisi-tradisi tertentu. Tujuan utama teks eksplanasi adalah memberikan pemahaman yang jelas dan detail tentang kenapa dan bagaimana suatu fenomena itu bisa terjadi.

Struktur teks eksplanasi biasanya terdiri dari tiga bagian utama:

1. Pernyataan Umum (General Statement): Bagian ini ngenalin fenomena yang mau dibahas secara umum. Jadi, pembaca bisa langsung tau, oh, teks ini bakal ngomongin soal apa.
2. Urutan Penjelasan (Explanation Sequence): Nah, di bagian ini, kita jelasin proses terjadinya fenomena itu secara detail dan berurutan. Biasanya, penjelasan ini didukung sama fakta-fakta dan data yang valid, biar pembaca makin percaya sama apa yang kita jelasin.
3. Interpretasi (Interpretation): Bagian terakhir ini berisi kesimpulan atau intisari dari penjelasan yang udah kita kasih sebelumnya. Bisa juga berisi pandangan penulis soal fenomena tersebut.

Contohnya, kalau kita mau bikin teks eksplanasi tentang banjir, kita bisa mulai dengan pernyataan umum tentang apa itu banjir dan kenapa banjir bisa terjadi. Terus, di bagian urutan penjelasan, kita jelasin detail proses terjadinya banjir, mulai dari curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang buruk, sampai penebangan hutan yang nggak terkendali. Terakhir, di bagian interpretasi, kita bisa kasih kesimpulan tentang dampak banjir dan cara mencegahnya.

Dengan struktur yang jelas kayak gini, teks eksplanasi jadi mudah dipahami dan informatif banget, kan? Tapi, meskipun teks eksplanasi ini keren banget buat ngejelasin berbagai fenomena, ada beberapa jenis fenomena yang ternyata kurang pas kalau dijelasin pakai teks eksplanasi. Kira-kira apa aja ya?

Fenomena yang Tidak Cocok Dibahas dalam Teks Eksplanasi

Nah, sekarang kita masuk ke inti pembahasan kita, yaitu fenomena apa aja sih yang nggak cocok dibahas dalam teks eksplanasi. Sebenarnya, nggak ada batasan yang saklek banget soal ini, tapi secara umum, fenomena-fenomena yang bersifat subjektif, personal, atau gaib itu kurang pas kalau dijelasin pakai teks eksplanasi. Kenapa?

1. Fenomena Subjektif: Fenomena subjektif itu adalah fenomena yang pengalamannya beda-beda buat setiap orang. Contohnya, perasaan cinta, sedih, bahagia, atau marah. Perasaan-perasaan ini kan kompleks banget ya, guys? Setiap orang bisa ngerasain cinta dengan cara yang beda, sedih dengan intensitas yang beda, dan seterusnya. Nah, karena sifatnya yang subjektif ini, susah banget buat ngejelasin proses terjadinya perasaan ini secara objektif dan detail, kayak yang dilakuin sama teks eksplanasi. Lebih cocok kalau perasaan-perasaan ini diekspresiin lewat karya seni, kayak puisi, lagu, atau film.

   Misalnya, kita mau ngejelasin kenapa seseorang bisa jatuh cinta. Kita bisa aja nyebutin faktor-faktor kayak ketertarikan fisik, kesamaan minat, atau kecocokan kepribadian. Tapi, faktor-faktor ini kan nggak ngejamin seseorang bakal jatuh cinta, kan? Ada faktor lain yang lebih personal dan susah dijelasin secara ilmiah. Makanya, fenomena kayak gini lebih pas kalau diungkapin lewat cerita atau puisi yang lebih emosional.

2. Fenomena Personal: Fenomena personal itu adalah fenomena yang dialami secara pribadi dan nggak bisa diukur atau diobservasi secara objektif. Contohnya, mimpi, intuisi, atau pengalaman spiritual. Mimpi, misalnya, bisa jadi hasil dari berbagai macam faktor, mulai dari aktivitas otak saat tidur, pengalaman sehari-hari, sampai pikiran bawah sadar. Tapi, kita nggak bisa ngejelasin secara pasti kenapa kita mimpi kayak gitu atau apa arti mimpi itu. Sama kayak intuisi, kita seringkali punya feeling tentang sesuatu, tapi susah buat ngejelasin dari mana feeling itu dateng. Pengalaman spiritual juga sifatnya sangat personal dan susah dijelasin dengan logika dan fakta.

   Karena sifatnya yang personal ini, fenomena-fenomena ini kurang cocok kalau dijelasin pakai teks eksplanasi yang mengutamakan objektivitas dan fakta. Lebih cocok kalau diceritain sebagai pengalaman pribadi atau direfleksiin dalam bentuk tulisan yang lebih filosofis.

3. Fenomena Gaib: Nah, ini nih yang paling tricky. Fenomena gaib itu adalah fenomena yang di luar jangkauan akal manusia dan nggak bisa dijelasin secara ilmiah. Contohnya, keberadaan makhluk halus, kekuatan magis, atau ramalan masa depan. Fenomena-fenomena ini seringkali dikaitkan sama kepercayaan atau keyakinan tertentu, dan nggak ada bukti ilmiah yang bisa mendukung keberadaannya.

   Tentu aja, setiap orang punya hak buat percaya atau nggak percaya sama fenomena gaib. Tapi, karena nggak bisa dijelasin secara ilmiah, fenomena-fenomena ini nggak cocok kalau dibahas dalam teks eksplanasi. Kalaupun mau dibahas, lebih cocok dalam konteks cerita fiksi atau legenda, yang nggak mengklaim kebenaran ilmiah.

Jadi, intinya, fenomena-fenomena yang bersifat subjektif, personal, atau gaib itu kurang pas kalau dijelasin pakai teks eksplanasi karena sifatnya yang nggak objektif dan susah dijelasin secara ilmiah. Teks eksplanasi lebih cocok buat ngejelasin fenomena-fenomena yang bisa diobservasi, diukur, dan dijelasin proses terjadinya secara detail dan berurutan.

Contoh Fenomena yang Cocok Dibahas dalam Teks Eksplanasi

Biar makin jelas, yuk kita lihat beberapa contoh fenomena yang cocok banget dibahas dalam teks eksplanasi:

• Fenomena Alam: Gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, pelangi, gerhana matahari, perubahan iklim, efek rumah kaca, dan lain-lain. Fenomena-fenomena ini bisa dijelasin proses terjadinya secara ilmiah, mulai dari penyebabnya sampai dampaknya.
• Fenomena Sosial: Kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, konflik sosial, urbanisasi, globalisasi, perubahan sosial, dan lain-lain. Fenomena-fenomena ini bisa dijelasin faktor-faktor penyebabnya, dampaknya, dan cara mengatasinya.
• Fenomena Budaya: Tradisi, adat istiadat, seni pertunjukan, bahasa, sistem kepercayaan, dan lain-lain. Fenomena-fenomena ini bisa dijelasin sejarahnya, maknanya, dan perkembangannya.
• Fenomena Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Penemuan baru, perkembangan teknologi, proses pembuatan alat elektronik, prinsip kerja mesin, dan lain-lain. Fenomena-fenomena ini bisa dijelasin prinsip kerjanya, manfaatnya, dan dampaknya bagi kehidupan manusia.

Contohnya, kita bisa bikin teks eksplanasi tentang proses terjadinya efek rumah kaca. Kita bisa jelasin gimana gas-gas rumah kaca di atmosfer memerangkap panas matahari, sehingga suhu bumi meningkat. Kita juga bisa jelasin dampak efek rumah kaca bagi lingkungan dan kehidupan manusia, serta cara mengurangi emisi gas rumah kaca. Penjelasan kayak gini kan jelas banget dan didukung sama data dan fakta ilmiah.

Atau, kita bisa bikin teks eksplanasi tentang proses terjadinya perubahan sosial. Kita bisa jelasin faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial, kayak perkembangan teknologi, perubahan nilai dan norma, konflik sosial, dan lain-lain. Kita juga bisa jelasin dampak perubahan sosial bagi masyarakat, baik dampak positif maupun negatif.

Kesimpulan

Oke guys, jadi kesimpulannya, fenomena yang tidak dibahas dalam teks eksplanasi adalah fenomena yang bersifat subjektif, personal, atau gaib. Fenomena-fenomena ini lebih cocok diungkapin lewat cara lain, kayak karya seni, cerita, atau refleksi pribadi. Teks eksplanasi lebih cocok buat ngejelasin fenomena-fenomena yang bisa dijelasin secara ilmiah dan objektif, kayak fenomena alam, sosial, budaya, atau ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semoga penjelasan ini bermanfaat buat kalian ya! Jadi, lain kali kalau kalian mau nulis teks eksplanasi, inget-inget deh jenis fenomena yang mau kalian bahas. Biar teks kalian makin informatif dan mudah dipahami!