Analisis Biaya Overhead PT Canton: Regular Vs Jumbo
Hey guys! Pernah gak sih kalian bertanya-tanya, gimana sih perusahaan kayak PT Canton itu menghitung biaya produksi untuk produk mereka? Nah, kali ini kita bakal bedah tuntas analisis biaya overhead PT Canton untuk dua jenis pemberat kertas keramik yang mereka produksi, yaitu regular dan jumbo. Penasaran kan? Yuk, simak terus!
Memahami Biaya Overhead dalam Akuntansi Manajerial
Sebelum kita masuk lebih dalam ke kasus PT Canton, penting banget buat kita paham dulu apa itu biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini bisa meliputi biaya sewa pabrik, biaya listrik, biaya penyusutan mesin, biaya perawatan, dan masih banyak lagi. Intinya, semua biaya yang gak bisa dilacak secara langsung ke produk tertentu itu masuk kategori overhead.
Dalam akuntansi manajerial, alokasi biaya overhead ini krusial banget. Kenapa? Karena dengan mengalokasikan biaya overhead secara akurat, perusahaan bisa menentukan harga jual produk yang tepat, mengontrol biaya, dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Bayangkan aja kalau biaya overhead gak dihitung dengan benar, bisa-bisa perusahaan rugi karena harga jual produk terlalu rendah atau malah kehilangan pelanggan karena harga jual produk terlalu tinggi.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead, salah satunya adalah metode activity-based costing (ABC). Nah, metode ABC inilah yang akan kita gunakan untuk menganalisis biaya overhead PT Canton. Jadi, keep reading ya!
Kasus PT Canton: Pemberat Kertas Regular vs Jumbo
PT Canton memproduksi dua jenis pemberat kertas keramik, yaitu regular dan jumbo. Informasi terkait perencanaan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(Berikut ini adalah informasi terkait perencanaan yang diharapkan:
| Cost Pool | Overhead Costs | Activity-cost driver |
|---|---|---|
| Penyetelan Mesin | Rp 60.000 | Jumlah penyetelan |
| Penanganan Material | Rp 30.000 | Jumlah perpindahan |
| Inspeksi | Rp 80.000 | Jumlah inspeksi |
| Total | Rp 170.000 |
Selain itu, ada juga data aktivitas yang diharapkan:
| Aktivitas | Regular | Jumbo |
|---|---|---|
| Jumlah penyetelan | 6 | 4 |
| Jumlah perpindahan | 16 | 4 |
| Jumlah inspeksi | 30 | 20 |
| Unit yang diproduksi | 4.000 | 1.000 |
Dari data di atas, kita bisa lihat bahwa PT Canton memiliki beberapa cost pool, yaitu penyetelan mesin, penanganan material, dan inspeksi. Masing-masing cost pool ini memiliki biaya overhead dan activity-cost driver yang berbeda. Activity-cost driver ini adalah ukuran aktivitas yang menyebabkan biaya overhead terjadi. Misalnya, jumlah penyetelan mesin adalah activity-cost driver untuk cost pool penyetelan mesin.
Nah, tugas kita sekarang adalah mengalokasikan biaya overhead dari masing-masing cost pool ke produk regular dan jumbo menggunakan metode ABC. Gimana caranya? Yuk, kita bahas langkah-langkahnya!
Langkah-Langkah Menganalisis Biaya Overhead dengan Metode ABC
Metode ABC (Activity-Based Costing) adalah metode yang lebih akurat dalam mengalokasikan biaya overhead dibandingkan metode tradisional. Metode ini mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang menyebabkan biaya overhead dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut ke produk atau jasa berdasarkan penggunaan aktivitas oleh masing-masing produk atau jasa. Berikut adalah langkah-langkahnya:
-
Identifikasi Cost Pool dan Biaya Overhead: Langkah pertama adalah mengidentifikasi cost pool atau kelompok biaya overhead yang akan dialokasikan. Dalam kasus PT Canton, cost poolnya adalah penyetelan mesin, penanganan material, dan inspeksi. Kita juga sudah tahu berapa biaya overhead untuk masing-masing cost pool.
-
Identifikasi Activity-Cost Driver: Langkah kedua adalah mengidentifikasi activity-cost driver untuk masing-masing cost pool. Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, activity-cost driver adalah ukuran aktivitas yang menyebabkan biaya overhead terjadi. Dalam kasus PT Canton, activity-cost driver untuk penyetelan mesin adalah jumlah penyetelan, untuk penanganan material adalah jumlah perpindahan, dan untuk inspeksi adalah jumlah inspeksi.
-
Hitung Tarif Overhead per Activity-Cost Driver: Langkah ketiga adalah menghitung tarif overhead per activity-cost driver. Caranya adalah dengan membagi total biaya overhead dalam cost pool dengan total activity-cost driver. Misalnya, tarif overhead per penyetelan mesin adalah Rp 60.000 / (6 + 4) = Rp 6.000 per penyetelan.
-
Alokasikan Biaya Overhead ke Produk: Langkah keempat adalah mengalokasikan biaya overhead ke produk regular dan jumbo. Caranya adalah dengan mengalikan tarif overhead per activity-cost driver dengan jumlah activity-cost driver yang digunakan oleh masing-masing produk. Misalnya, biaya overhead penyetelan mesin yang dialokasikan ke produk regular adalah Rp 6.000 per penyetelan * 6 penyetelan = Rp 36.000.
-
Hitung Biaya Overhead per Unit: Langkah kelima dan terakhir adalah menghitung biaya overhead per unit untuk masing-masing produk. Caranya adalah dengan membagi total biaya overhead yang dialokasikan ke produk dengan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya, biaya overhead per unit untuk produk regular adalah (total biaya overhead regular) / 4.000 unit.
Perhitungan Biaya Overhead PT Canton dengan Metode ABC
Sekarang, yuk kita terapkan langkah-langkah di atas untuk menghitung biaya overhead PT Canton:
1. Penyetelan Mesin
- Tarif overhead per penyetelan: Rp 60.000 / (6 + 4) = Rp 6.000 per penyetelan
- Biaya overhead untuk Regular: Rp 6.000 * 6 = Rp 36.000
- Biaya overhead untuk Jumbo: Rp 6.000 * 4 = Rp 24.000
2. Penanganan Material
- Tarif overhead per perpindahan: Rp 30.000 / (16 + 4) = Rp 1.500 per perpindahan
- Biaya overhead untuk Regular: Rp 1.500 * 16 = Rp 24.000
- Biaya overhead untuk Jumbo: Rp 1.500 * 4 = Rp 6.000
3. Inspeksi
- Tarif overhead per inspeksi: Rp 80.000 / (30 + 20) = Rp 1.600 per inspeksi
- Biaya overhead untuk Regular: Rp 1.600 * 30 = Rp 48.000
- Biaya overhead untuk Jumbo: Rp 1.600 * 20 = Rp 32.000
Total Biaya Overhead
| Produk | Penyetelan Mesin | Penanganan Material | Inspeksi | Total |
|---|---|---|---|---|
| Regular | Rp 36.000 | Rp 24.000 | Rp 48.000 | Rp 108.000 |
| Jumbo | Rp 24.000 | Rp 6.000 | Rp 32.000 | Rp 62.000 |
Biaya Overhead per Unit
- Regular: Rp 108.000 / 4.000 unit = Rp 27 per unit
- Jumbo: Rp 62.000 / 1.000 unit = Rp 62 per unit
Analisis dan Kesimpulan
Dari perhitungan di atas, kita bisa lihat bahwa biaya overhead per unit untuk produk jumbo (Rp 62) jauh lebih tinggi dibandingkan produk regular (Rp 27). Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya:
- Jumlah produksi yang lebih sedikit: Produk jumbo diproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit (1.000 unit) dibandingkan produk regular (4.000 unit). Sehingga, biaya overhead yang dialokasikan ke produk jumbo harus dibagi dengan jumlah unit yang lebih sedikit, yang mengakibatkan biaya overhead per unit yang lebih tinggi.
- Penggunaan aktivitas yang lebih intensif: Produk jumbo mungkin membutuhkan aktivitas yang lebih intensif, seperti penyetelan mesin yang lebih kompleks atau inspeksi yang lebih detail. Hal ini juga bisa menyebabkan biaya overhead yang lebih tinggi.
Dengan mengetahui biaya overhead per unit untuk masing-masing produk, PT Canton bisa membuat keputusan bisnis yang lebih tepat. Misalnya, PT Canton bisa mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual produk jumbo untuk menutupi biaya overhead yang lebih tinggi, atau mencari cara untuk mengurangi biaya overhead yang terkait dengan produk jumbo.
So, guys, itulah tadi analisis biaya overhead PT Canton menggunakan metode ABC. Semoga penjelasan ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan kalian tentang akuntansi manajerial ya! Jangan ragu untuk bertanya kalau ada yang kurang jelas. See you in the next article!