Abdullah Bin Abdul-Muthalib: Ayahanda Nabi Muhammad SAW

Kalian pasti sering denger nama Abdullah bin Abdul-Muthalib, kan? Nah, beliau ini adalah sosok yang sangat penting dalam sejarah Islam. Beliau adalah ayahanda dari Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir yang kita cintai dan ikuti ajarannya. Tapi, sayangnya, banyak dari kita yang mungkin belum terlalu familiar dengan kisah hidup beliau. Padahal, kisah Abdullah ini penuh dengan pengorbanan, cinta, dan takdir yang luar biasa. Yuk, kita simak lebih lanjut!

Nasab dan Keluarga

Abdullah bin Abdul-Muthalib berasal dari keluarga yang sangat terhormat di Mekah. Ayahnya, Abdul-Muthalib, adalah pemimpin suku Quraisy yang sangat disegani dan dihormati. Abdul-Muthalib dikenal sebagai sosok yang bijaksana, adil, dan memiliki kedudukan yang tinggi di antara masyarakat Mekah. Beliau juga bertanggung jawab atas pengelolaan sumur Zamzam yang menjadi sumber air penting bagi penduduk Mekah dan para peziarah yang datang ke Ka'bah.

Ibu Abdullah bernama Fatimah binti Amr bin Aidz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzah bin Murrah. Dari garis keturunan ibunya, Abdullah juga memiliki nasab yang mulia dan terhormat. Keluarga besar Abdullah dikenal sebagai keluarga yang menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur masyarakat Arab pada masa itu. Mereka menjunjung tinggi kehormatan, keberanian, dan kedermawanan. Abdullah sendiri tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan nilai-nilai positif ini, yang kemudian membentuk karakter dan kepribadiannya.

Sebagai anak dari Abdul-Muthalib, Abdullah memiliki banyak saudara, baik laki-laki maupun perempuan. Beberapa saudara laki-lakinya yang terkenal antara lain Abu Thalib, yang kemudian menjadi pelindung Nabi Muhammad SAW setelah wafatnya Abdul-Muthalib, dan Abu Lahab, yang dikenal sebagai salah satu penentang utama dakwah Nabi Muhammad SAW. Meskipun berasal dari keluarga yang sama, saudara-saudara Abdullah memiliki jalan hidup dan pandangan yang berbeda-beda. Namun, ikatan persaudaraan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka.

Kisah Pengorbanan yang Mengharukan

Salah satu kisah paling terkenal tentang Abdullah bin Abdul-Muthalib adalah kisah pengorbanannya. Alkisah, Abdul-Muthalib pernah bernazar jika Allah SWT memberinya sepuluh orang putra dan mereka semua tumbuh dewasa serta mampu melindunginya, maka ia akan mengorbankan salah seorang dari mereka di Ka'bah. Ketika nazarnya terkabul dan ia memiliki sepuluh orang putra yang gagah perkasa, Abdul-Muthalib harus memenuhi janjinya. Ia mengumpulkan semua putranya dan menyampaikan nazarnya.

Untuk menentukan siapa yang harus dikorbankan, mereka melakukan undian. Dan takdir berkata lain, nama Abdullah keluar sebagai yang terpilih. Abdul-Muthalib sangat sedih karena harus mengorbankan putra kesayangannya. Abdullah sendiri adalah seorang pemuda yang tampan, saleh, dan sangat dicintai oleh keluarganya. Namun, Abdul-Muthalib adalah seorang yang jujur dan bertanggung jawab. Ia merasa harus memenuhi nazarnya kepada Allah SWT.

Meskipun berat hati, Abdul-Muthalib membawa Abdullah ke Ka'bah untuk dikorbankan. Namun, di saat-saat terakhir, orang-orang Quraisy mencegahnya. Mereka tidak rela Abdullah dikorbankan karena ia adalah sosok yang sangat mereka hormati dan cintai. Mereka menyarankan Abdul-Muthalib untuk mencari jalan keluar lain agar nazarnya tetap terpenuhi tanpa harus mengorbankan nyawa Abdullah. Setelah berunding dengan para tokoh Quraisy dan seorang ahli nujum, akhirnya disepakati bahwa Abdul-Muthalib harus menebus Abdullah dengan seratus ekor unta. Unta-unta tersebut kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

Kisah pengorbanan Abdullah ini menunjukkan betapa besar rasa cinta dan pengorbanan yang ada dalam keluarga Abdul-Muthalib. Abdullah rela mengorbankan dirinya demi memenuhi nazar ayahnya, sementara Abdul-Muthalib rela melakukan apapun untuk memenuhi janjinya kepada Allah SWT. Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya memenuhi janji dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Pernikahan dengan Aminah binti Wahb

Setelah peristiwa pengorbanan tersebut, Abdullah bin Abdul-Muthalib tumbuh menjadi seorang pemuda yang semakin matang dan bertanggung jawab. Ia kemudian menikah dengan seorang wanita mulia bernama Aminah binti Wahb. Aminah berasal dari keluarga bangsawan Bani Zuhrah yang terhormat. Ia dikenal sebagai wanita yang cantik, cerdas, dan berbudi pekerti luhur. Pernikahan Abdullah dan Aminah menjadi awal dari sebuah babak baru dalam kehidupan mereka.

Pernikahan mereka dilangsungkan dengan meriah dan dihadiri oleh banyak tokoh penting dari berbagai suku di Mekah. Abdullah dan Aminah saling mencintai dan menghormati. Mereka hidup bahagia dan harmonis. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Tak lama setelah menikah, Abdullah harus melakukan perjalanan dagang ke Syam (Suriah). Pada saat itu, perjalanan dagang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh para pedagang Mekah untuk mencari nafkah dan memperluas jaringan bisnis.

Sayangnya, dalam perjalanan tersebut, Abdullah jatuh sakit dan meninggal dunia di Madinah. Ia dimakamkan di sana. Kabar meninggalnya Abdullah sangat mengejutkan dan menyedihkan bagi Aminah dan seluruh keluarganya. Aminah yang sedang mengandung harus menerima kenyataan pahit bahwa ia akan membesarkan anaknya seorang diri. Meskipun demikian, Aminah tetap tegar dan sabar menghadapi cobaan ini. Ia yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik untuknya dan anaknya.

Wafatnya Abdullah dan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Seperti yang sudah kita bahas, Abdullah bin Abdul-Muthalib wafat ketika Aminah binti Wahb sedang mengandung Nabi Muhammad SAW. Abdullah tidak sempat melihat putranya lahir ke dunia. Ia meninggalkan dunia ini dengan meninggalkan warisan berupa nama baik, kehormatan, dan seorang istri yang salehah. Kepergian Abdullah menjadi pukulan berat bagi keluarga Abdul-Muthalib dan seluruh masyarakat Mekah.

Beberapa bulan setelah wafatnya Abdullah, Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad. Kelahiran Muhammad SAW membawa kebahagiaan dan harapan baru bagi keluarga Abdul-Muthalib. Mereka merasa bahwa Muhammad adalah anugerah dari Allah SWT yang akan membawa keberkahan bagi mereka. Abdul-Muthalib sangat menyayangi cucunya ini dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ia melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad sejak kecil.

Meskipun Abdullah tidak sempat melihat putranya tumbuh dewasa, ia tetap menjadi sosok yang sangat penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW selalu mengenang ayahnya dengan penuh cinta dan hormat. Ia sering menceritakan kisah-kisah tentang ayahnya kepada para sahabatnya. Nabi Muhammad SAW juga selalu berusaha untuk melanjutkan nilai-nilai luhur yang telah diajarkan oleh ayahnya, seperti kejujuran, keberanian, dan kedermawanan.

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

Kisah hidup Abdullah bin Abdul-Muthalib memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita semua. Pertama, kita belajar tentang pentingnya pengorbanan dan cinta dalam keluarga. Abdullah rela mengorbankan dirinya demi memenuhi nazar ayahnya, sementara Abdul-Muthalib rela melakukan apapun untuk memenuhi janjinya kepada Allah SWT. Kedua, kita belajar tentang pentingnya memenuhi janji dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Abdul-Muthalib adalah seorang yang jujur dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha untuk memenuhi janjinya kepada Allah SWT dan menghormati hak-hak orang lain. Ketiga, kita belajar tentang ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup. Aminah binti Wahb adalah seorang wanita yang tegar dan sabar. Ia mampu menghadapi cobaan hidup dengan tabah dan tetap yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik untuknya dan anaknya.

Selain itu, kisah Abdullah juga mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga nama baik dan kehormatan keluarga. Abdullah meninggalkan dunia ini dengan meninggalkan warisan berupa nama baik, kehormatan, dan seorang istri yang salehah. Nabi Muhammad SAW selalu berusaha untuk menjaga nama baik keluarganya dan melanjutkan nilai-nilai luhur yang telah diajarkan oleh para leluhurnya.

Jadi, guys, itulah sekilas tentang kisah hidup Abdullah bin Abdul-Muthalib, ayahanda Nabi Muhammad SAW. Semoga kisah ini bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lupa untuk selalu mengenang jasa-jasa beliau dan meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Sampai jumpa di artikel berikutnya!