8 Jenis Anggaran Operasional Perusahaan: Contoh Kasus PT. Berdikari

by ADMIN 68 views

Hey guys! Pernah gak sih kalian penasaran gimana caranya perusahaan, apalagi yang besar, bisa mengatur keuangannya dengan begitu rapi? Salah satu kuncinya adalah dengan anggaran operasional. Anggaran ini ibarat peta keuangan yang memandu perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Nah, kali ini kita akan membahas 8 jenis anggaran operasional perusahaan yang penting banget untuk kalian ketahui, lengkap dengan contoh kasus dari PT. Berdikari, produsen benang dengan kapasitas produksi 2.000 ton per tahun. Jadi, simak baik-baik ya!

Apa Itu Anggaran Operasional?

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang jenis-jenisnya, mari kita pahami dulu apa itu anggaran operasional. Secara sederhana, anggaran operasional adalah rencana keuangan yang merinci perkiraan pendapatan dan pengeluaran perusahaan dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini mencakup semua aktivitas utama perusahaan, mulai dari produksi, penjualan, pemasaran, hingga administrasi. Fungsinya sangat krusial, yaitu sebagai panduan bagi manajemen dalam mengambil keputusan dan mengendalikan operasional perusahaan agar tujuan bisnis bisa tercapai.

Anggaran operasional ini sangat penting karena beberapa alasan:

  • Perencanaan: Membantu perusahaan dalam merencanakan kegiatan operasionalnya secara sistematis dan terstruktur.
  • Koordinasi: Memastikan bahwa semua bagian dalam perusahaan bekerja selaras untuk mencapai tujuan yang sama.
  • Pengendalian: Menjadi tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
  • Komunikasi: Memfasilitasi komunikasi antar berbagai departemen dalam perusahaan.

8 Jenis Anggaran Operasional Perusahaan

Oke, sekarang kita masuk ke inti pembahasan, yaitu 8 jenis anggaran operasional perusahaan yang wajib kalian ketahui. Masing-masing anggaran ini memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, tetapi semuanya saling terkait dan berkontribusi pada keberhasilan perusahaan secara keseluruhan. Berikut adalah daftarnya:

  1. Anggaran Penjualan
  2. Anggaran Produksi
  3. Anggaran Bahan Baku Langsung
  4. Anggaran Tenaga Kerja Langsung
  5. Anggaran Overhead Pabrik
  6. Anggaran Beban Pokok Penjualan
  7. Anggaran Beban Pemasaran
  8. Anggaran Beban Administrasi dan Umum

Mari kita bahas satu per satu secara detail!

1. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan adalah fondasi dari semua anggaran operasional lainnya. Anggaran ini merencanakan berapa banyak produk atau jasa yang akan dijual oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Proyeksi penjualan ini sangat penting karena akan memengaruhi anggaran-anggaran lainnya, seperti anggaran produksi, bahan baku, dan tenaga kerja. Dalam menyusun anggaran penjualan, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti:

  • Data penjualan historis: Menganalisis tren penjualan di masa lalu untuk memprediksi penjualan di masa depan.
  • Kondisi pasar: Memperhatikan faktor-faktor eksternal seperti persaingan, permintaan pasar, dan kondisi ekonomi secara umum.
  • Strategi pemasaran: Mempertimbangkan rencana promosi dan pemasaran yang akan dilakukan perusahaan.
  • Kapasitas produksi: Memastikan bahwa perusahaan memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk memenuhi target penjualan.

Contoh Kasus PT. Berdikari:

PT. Berdikari menargetkan penjualan benang sebanyak 1.800 ton untuk tahun depan. Target ini didasarkan pada data penjualan tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan pasar, dan rencana ekspansi ke pasar baru. Tim penjualan PT. Berdikari akan fokus pada peningkatan hubungan dengan pelanggan lama dan menjangkau pelanggan baru melalui partisipasi dalam pameran tekstil dan promosi online.

2. Anggaran Produksi

Setelah menetapkan target penjualan, langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran produksi. Anggaran ini merencanakan berapa banyak produk yang perlu diproduksi untuk memenuhi permintaan penjualan dan menjaga tingkat persediaan yang optimal. Dalam menyusun anggaran produksi, perusahaan perlu mempertimbangkan:

  • Target penjualan: Jumlah produk yang ingin dijual.
  • Persediaan awal: Jumlah produk yang sudah tersedia di gudang.
  • Persediaan akhir yang diinginkan: Jumlah produk yang ingin disimpan di gudang pada akhir periode anggaran.
  • Kapasitas produksi: Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk.

Rumus Anggaran Produksi:

Produksi = Penjualan + Persediaan Akhir - Persediaan Awal

Contoh Kasus PT. Berdikari:

Dengan target penjualan 1.800 ton, persediaan awal 200 ton, dan persediaan akhir yang diinginkan 300 ton, PT. Berdikari perlu memproduksi benang sebanyak 1.900 ton. Jumlah ini dihitung dengan rumus: 1.800 + 300 - 200 = 1.900 ton.

3. Anggaran Bahan Baku Langsung

Anggaran bahan baku langsung merencanakan berapa banyak bahan baku yang perlu dibeli untuk mendukung proses produksi. Anggaran ini sangat penting untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang cukup tanpa kelebihan persediaan yang bisa menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun anggaran bahan baku langsung meliputi:

  • Kebutuhan produksi: Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi target output.
  • Harga bahan baku: Perkiraan harga bahan baku per unit.
  • Persediaan awal bahan baku: Jumlah bahan baku yang sudah tersedia di gudang.
  • Persediaan akhir bahan baku yang diinginkan: Jumlah bahan baku yang ingin disimpan di gudang pada akhir periode anggaran.

Contoh Kasus PT. Berdikari:

Untuk memproduksi 1.900 ton benang, PT. Berdikari membutuhkan 2.000 ton kapas. Harga kapas diperkirakan Rp 15.000 per kilogram. Dengan persediaan awal kapas 100 ton dan persediaan akhir yang diinginkan 150 ton, PT. Berdikari perlu membeli kapas sebanyak 2.050 ton. Biaya yang dianggarkan untuk pembelian bahan baku adalah 2.050 ton x Rp 15.000/kg = Rp 30.750.000.000.

4. Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran tenaga kerja langsung merencanakan berapa jam kerja yang dibutuhkan dan berapa biaya tenaga kerja langsung yang akan dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Anggaran ini membantu perusahaan mengelola biaya tenaga kerja secara efektif. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun anggaran tenaga kerja langsung antara lain:

  • Kebutuhan produksi: Jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi target output.
  • Tarif upah: Tarif upah per jam kerja.
  • Efisiensi tenaga kerja: Tingkat produktivitas tenaga kerja.

Contoh Kasus PT. Berdikari:

PT. Berdikari memperkirakan membutuhkan 100.000 jam kerja langsung untuk memproduksi 1.900 ton benang. Tarif upah rata-rata adalah Rp 25.000 per jam. Maka, biaya tenaga kerja langsung yang dianggarkan adalah 100.000 jam x Rp 25.000/jam = Rp 2.500.000.000.

5. Anggaran Overhead Pabrik

Anggaran overhead pabrik merencanakan semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik meliputi biaya-biaya seperti biaya listrik, biaya pemeliharaan mesin, biaya sewa pabrik, dan biaya penyusutan. Anggaran ini membantu perusahaan mengendalikan biaya-biaya tidak langsung yang terkait dengan produksi. Komponen utama dalam anggaran overhead pabrik adalah:

  • Biaya overhead tetap: Biaya yang tidak berubah seiring dengan perubahan volume produksi (misalnya, biaya sewa pabrik).
  • Biaya overhead variabel: Biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi (misalnya, biaya listrik).

Contoh Kasus PT. Berdikari:

PT. Berdikari menganggarkan biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.500.000.000, yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 800.000.000 (sewa pabrik, penyusutan mesin) dan biaya variabel sebesar Rp 700.000.000 (listrik, pemeliharaan).

6. Anggaran Beban Pokok Penjualan

Anggaran beban pokok penjualan (BPP) menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang dijual. Anggaran ini merupakan gabungan dari anggaran bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. BPP sangat penting untuk menentukan harga jual produk dan menghitung laba kotor perusahaan. Cara menghitung anggaran beban pokok penjualan adalah:

  • Bahan baku langsung yang digunakan + Tenaga kerja langsung + Overhead pabrik = Total biaya produksi
  • Total biaya produksi + Persediaan barang dalam proses awal - Persediaan barang dalam proses akhir = Biaya produksi barang jadi
  • Biaya produksi barang jadi + Persediaan barang jadi awal - Persediaan barang jadi akhir = Beban pokok penjualan

Contoh Kasus PT. Berdikari:

Berdasarkan anggaran-anggaran sebelumnya, PT. Berdikari menghitung beban pokok penjualan sebagai berikut:

  • Bahan baku langsung: Rp 30.750.000.000
  • Tenaga kerja langsung: Rp 2.500.000.000
  • Overhead pabrik: Rp 1.500.000.000
  • Total biaya produksi: Rp 34.750.000.000
  • Persediaan barang dalam proses awal: Rp 500.000.000
  • Persediaan barang dalam proses akhir: Rp 600.000.000
  • Biaya produksi barang jadi: Rp 34.650.000.000
  • Persediaan barang jadi awal: Rp 1.000.000.000
  • Persediaan barang jadi akhir: Rp 1.200.000.000
  • Beban pokok penjualan: Rp 34.450.000.000

7. Anggaran Beban Pemasaran

Anggaran beban pemasaran merencanakan semua biaya yang terkait dengan penjualan dan pemasaran produk, termasuk biaya iklan, promosi, gaji tenaga penjual, dan biaya perjalanan dinas. Anggaran ini penting untuk mendukung target penjualan perusahaan. Komponen utama dalam anggaran beban pemasaran meliputi:

  • Biaya iklan: Biaya untuk memasang iklan di berbagai media.
  • Biaya promosi: Biaya untuk mengadakan event promosi dan memberikan diskon.
  • Gaji tenaga penjual: Gaji dan komisi yang dibayarkan kepada tenaga penjual.
  • Biaya perjalanan dinas: Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh tenaga penjual.

Contoh Kasus PT. Berdikari:

PT. Berdikari menganggarkan biaya pemasaran sebesar Rp 2.000.000.000, yang dialokasikan untuk iklan (Rp 800.000.000), promosi (Rp 700.000.000), dan gaji tenaga penjual (Rp 500.000.000).

8. Anggaran Beban Administrasi dan Umum

Anggaran beban administrasi dan umum merencanakan semua biaya yang terkait dengan operasional kantor dan administrasi perusahaan, termasuk gaji karyawan administrasi, biaya sewa kantor, biaya perlengkapan kantor, dan biaya penyusutan aset kantor. Anggaran ini membantu perusahaan mengendalikan biaya-biaya operasional. Komponen utama dalam anggaran beban administrasi dan umum meliputi:

  • Gaji karyawan administrasi: Gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada karyawan administrasi.
  • Biaya sewa kantor: Biaya sewa gedung kantor.
  • Biaya perlengkapan kantor: Biaya untuk membeli perlengkapan kantor.
  • Biaya penyusutan aset kantor: Biaya penyusutan aset kantor seperti komputer dan furniture.

Contoh Kasus PT. Berdikari:

PT. Berdikari menganggarkan biaya administrasi dan umum sebesar Rp 1.000.000.000, yang meliputi gaji karyawan administrasi (Rp 600.000.000), biaya sewa kantor (Rp 200.000.000), dan biaya perlengkapan kantor (Rp 200.000.000).

Kesimpulan

Nah, itu dia 8 jenis anggaran operasional perusahaan yang perlu kalian ketahui. Dengan memahami dan menyusun anggaran-anggaran ini dengan baik, perusahaan dapat merencanakan, mengendalikan, dan mengoptimalkan operasionalnya untuk mencapai tujuan bisnis. Contoh kasus PT. Berdikari tadi semoga bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana anggaran operasional diterapkan dalam praktik. Semoga artikel ini bermanfaat ya guys! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!