2 Teori Regulasi Akuntansi Hoesada (2020): Perbedaan & Contoh

Hey guys! Pernah nggak sih kalian bertanya-tanya, kenapa sih akuntansi itu diatur? Kenapa ada aturan-aturan yang kadang bikin pusing kepala? Nah, kali ini kita bakal ngobrol santai tentang dua teori regulasi akuntansi menurut Hoesada (2020). Kita bakal kupas tuntas perbedaan keduanya dan pastinya, bakal ada contoh biar makin jelas! Yuk, simak!

Pentingnya Memahami Teori Regulasi Akuntansi

Sebelum kita masuk ke perbedaan teorinya, penting banget nih buat kita paham kenapa sih kita perlu belajar tentang teori regulasi akuntansi? Jadi gini guys, teori regulasi akuntansi itu kayak fondasi yang menjelaskan kenapa aturan-aturan akuntansi itu ada. Dengan memahami teori ini, kita jadi nggak cuma sekadar menghafal aturan, tapi juga tahu alasan di baliknya. Ini penting banget, terutama buat kalian yang berkecimpung di dunia akuntansi, keuangan, atau bahkan bisnis secara umum. Kenapa? Karena dengan pemahaman yang kuat, kita bisa:

• Membuat keputusan yang lebih baik: Kita bisa menilai apakah suatu aturan akuntansi itu masuk akal atau nggak, dan dampaknya bagi perusahaan.
• Mengantisipasi perubahan: Dunia akuntansi itu dinamis banget, guys! Aturan bisa berubah sewaktu-waktu. Dengan paham teorinya, kita bisa lebih cepat beradaptasi dengan perubahan tersebut.
• Berpikir kritis: Kita jadi terlatih untuk mempertanyakan dan menganalisis aturan-aturan yang ada, bukan cuma menerima mentah-mentah.

So, jangan anggap remeh ya, teori regulasi akuntansi ini! Ini bukan sekadar teori yang membosankan, tapi kunci untuk jadi profesional yang kompeten.

Dua Teori Regulasi Akuntansi Menurut Hoesada (2020)

Menurut Hoesada (2020), ada dua teori utama yang menjelaskan tentang regulasi akuntansi, yaitu:

1. Teori Kepentingan Publik (Public Interest Theory)
2. Teori Pilihan Publik (Public Choice Theory)

Kedua teori ini punya pandangan yang berbeda tentang motivasi di balik regulasi akuntansi. Mari kita bahas satu per satu secara detail.

1. Teori Kepentingan Publik (Public Interest Theory)

Teori Kepentingan Publik ini intinya bilang, regulasi akuntansi itu dibuat untuk melindungi kepentingan publik. Maksudnya gimana? Jadi, teori ini berasumsi bahwa pemerintah atau badan regulator (seperti Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI) itu bertindak demi kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Mereka membuat aturan akuntansi untuk memastikan informasi keuangan itu transparan, akurat, dan dapat dipercaya. Dengan begitu, investor, kreditor, dan pihak-pihak lain bisa membuat keputusan ekonomi yang tepat.

Bayangin aja guys, kalau nggak ada aturan akuntansi, perusahaan bisa seenaknya bikin laporan keuangan. Mereka bisa melebih-lebihkan keuntungan atau menyembunyikan kerugian. Akibatnya, investor bisa salah investasi, kreditor bisa salah kasih pinjaman, dan ekonomi secara keseluruhan bisa terganggu. Nah, regulasi akuntansi inilah yang mencegah hal itu terjadi.

Asumsi Dasar Teori Kepentingan Publik

Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari teori kepentingan publik, yaitu:

• Kegagalan Pasar (Market Failure): Teori ini mengakui bahwa pasar itu nggak selalu sempurna. Ada kalanya pasar gagal menyediakan informasi yang cukup dan akurat. Misalnya, informasi tentang kinerja keuangan perusahaan itu bersifat asimetris (ada pihak yang punya informasi lebih banyak daripada pihak lain). Nah, regulasi akuntansi hadir untuk mengatasi kegagalan pasar ini.
• Peran Pemerintah yang Netral: Teori ini mengasumsikan bahwa pemerintah itu bertindak netral dan objektif. Pemerintah nggak punya kepentingan pribadi dalam membuat regulasi. Mereka semata-mata bertindak demi kepentingan publik.
• Regulasi yang Optimal: Teori ini percaya bahwa regulasi yang dibuat itu optimal, artinya regulasi tersebut memberikan manfaat yang lebih besar daripada biayanya.

Contoh Penerapan Teori Kepentingan Publik

Contoh penerapan teori kepentingan publik dalam regulasi akuntansi itu banyak banget, guys! Salah satunya adalah kewajiban perusahaan publik untuk mengaudit laporan keuangan mereka oleh auditor independen. Kenapa ini penting? Karena auditor independen ini akan memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan. Opini ini memberikan keyakinan kepada investor dan kreditor bahwa laporan keuangan itu bisa dipercaya.

Contoh lainnya adalah standar akuntansi yang mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang relevan tentang risiko-risiko yang mereka hadapi. Dengan informasi ini, investor bisa lebih berhati-hati dalam berinvestasi.

2. Teori Pilihan Publik (Public Choice Theory)

Nah, kalau teori kepentingan publik tadi melihat regulasi akuntansi dari sisi idealis, teori pilihan publik ini lebih realistis dan bahkan cenderung sinis. Teori pilihan publik ini bilang, regulasi akuntansi itu nggak semata-mata dibuat untuk kepentingan publik, tapi juga dipengaruhi oleh kepentingan pribadi para pembuat regulasi (regulator) dan pihak-pihak yang berkepentingan (seperti perusahaan dan kelompok kepentingan lainnya).

Jadi gini guys, teori ini melihat bahwa regulator itu juga manusia biasa yang punya motif tertentu. Mereka mungkin punya keinginan untuk meningkatkan kekuasaan, pendapatan, atau reputasi mereka. Nah, keinginan-keinginan ini bisa mempengaruhi keputusan mereka dalam membuat regulasi. Selain itu, perusahaan dan kelompok kepentingan lainnya juga bisa melobi regulator untuk membuat aturan yang menguntungkan mereka.

Asumsi Dasar Teori Pilihan Publik

Teori pilihan publik punya beberapa asumsi dasar yang berbeda dengan teori kepentingan publik, yaitu:

• Regulator yang Rasional: Teori ini mengasumsikan bahwa regulator itu bertindak rasional, artinya mereka akan berusaha memaksimalkan kepentingan pribadi mereka.
• Kelompok Kepentingan (Interest Groups): Teori ini mengakui adanya kelompok-kelompok kepentingan yang berusaha mempengaruhi regulasi. Kelompok-kelompok ini bisa berasal dari perusahaan, asosiasi industri, atau kelompok masyarakat tertentu.
• Biaya Politik (Political Costs): Teori ini menyadari bahwa regulasi itu punya biaya politik. Artinya, regulasi bisa menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu, dan pihak-pihak tersebut akan berusaha untuk melawan regulasi tersebut.

Contoh Penerapan Teori Pilihan Publik

Contoh penerapan teori pilihan publik dalam regulasi akuntansi itu bisa kita lihat dari adanya perbedaan pendapat dalam penyusunan standar akuntansi. Kadang-kadang, ada perusahaan yang nggak setuju dengan standar akuntansi tertentu karena standar tersebut bisa menurunkan laba mereka. Nah, perusahaan-perusahaan ini bisa melobi badan pembuat standar untuk mengubah standar tersebut.

Contoh lainnya adalah adanya aturan yang kompleks dalam standar akuntansi. Aturan yang kompleks ini bisa menguntungkan perusahaan-perusahaan besar yang punya sumber daya yang cukup untuk mematuhi aturan tersebut, tapi bisa merugikan perusahaan-perusahaan kecil yang nggak punya sumber daya yang sama.

Perbedaan Utama Antara Teori Kepentingan Publik dan Teori Pilihan Publik

Biar makin jelas, yuk kita rangkum perbedaan utama antara teori kepentingan publik dan teori pilihan publik dalam tabel berikut:

Kesimpulan

Nah, itu dia guys, perbedaan antara teori kepentingan publik dan teori pilihan publik dalam regulasi akuntansi. Kedua teori ini punya pandangan yang berbeda, tapi keduanya penting untuk kita pahami. Dengan memahami kedua teori ini, kita bisa lebih kritis dalam melihat regulasi akuntansi dan dampaknya bagi dunia bisnis. Jadi, jangan cuma jadi followers aturan, tapi jadilah thinkers yang bisa menganalisis dan memberikan kontribusi positif! Sampai jumpa di artikel selanjutnya! 🚀