100 Contoh Tembung Saroja & Garba Bahasa Jawa
Bahasa Jawa itu kaya banget, guys! Salah satu yang bikin menarik adalah adanya tembung saroja dan tembung garba. Nah, biar kalian makin paham dan nggak bingung lagi, yuk kita bahas tuntas sekaligus lihat contoh-contohnya!
Apa Itu Tembung Saroja?
Tembung saroja itu sederhananya adalah gabungan dari dua kata yang hampir sama atau mirip artinya, terus dipakai barengan buat memperkuat makna. Jadi, bukan cuma sekadar digabung, tapi tujuannya biar lebih nendang gitu loh, guys. Misalnya nih, kata "ayu" dan "lwes" kalau digabung jadi "ayuk lwes", artinya jadi lebih dari sekadar cantik dan luwes, tapi juga anggun dan mempesona. Paham kan?
Fungsi utama tembung saroja ini memang buat penekanan atau intensifikasi makna. Dalam percakapan sehari-hari atau di karya sastra, penggunaan tembung saroja bisa bikin kalimat jadi lebih hidup dan ekspresif. Bayangin aja kalau lagi muji seseorang, daripada cuma bilang "apik", mending bilang "apik banget tur mewah", kan jadi lebih terasa gitu pujiannya. Nah, itu dia gunanya tembung saroja.
Selain itu, tembung saroja juga sering dipakai dalam berbagai upacara adat Jawa, guys. Misalnya pas lagi pernikahan, ada banyak banget tembung saroja yang diucapkan dalam doa atau sesorah (pidato). Ini karena tembung saroja dianggap punya kekuatan magis dan bisa membawa berkah. Jadi, nggak heran kalau tembung saroja ini penting banget dalam budaya Jawa.
Oh iya, ada satu hal lagi yang perlu kalian tahu, guys. Tembung saroja ini nggak cuma sekadar gabungin kata yang mirip, tapi juga harus memperhatikan purwakanthi. Purwakanthi itu semacam rima atau persamaan bunyi di antara kata-kata tersebut. Jadi, selain maknanya yang saling mendukung, bunyinya juga enak didengar. Contohnya, "guyub rukun", selain artinya yang saling melengkapi, bunyinya juga harmonis banget kan?
Jadi, kesimpulannya, tembung saroja itu bukan cuma sekadar gabungan kata, tapi juga punya makna yang lebih dalam, fungsi yang penting, dan nilai estetika yang tinggi. Makanya, kita sebagai generasi muda harus terus melestarikan dan menggunakan tembung saroja ini biar bahasa Jawa tetap kaya dan lestari.
Apa Itu Tembung Garba?
Sekarang kita beralih ke tembung garba. Nah, kalau tembung garba ini agak beda nih sama tembung saroja. Tembung garba itu penggabungan dua kata atau lebih jadi satu kata baru dengan menghilangkan beberapa huruf atau suku kata. Tujuannya biasanya biar lebih ringkas, enak diucapkan, atau karena alasan estetika lainnya.
Contoh paling gampang nih, guys, kata "segara" (laut) dan "anakan" (anaknya) digabung jadi "segaranakan". Ada huruf yang dihilangkan kan? Nah, itu dia yang namanya tembung garba. Biasanya, tembung garba ini banyak dipakai di dalam tembang (lagu Jawa) atau kakawin (puisi Jawa kuno) buat menjaga metrum atau irama. Jadi, selain lebih ringkas, juga bikin lagunya jadi lebih indah.
Penggunaan tembung garba ini juga nggak sembarangan, guys. Ada aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan. Misalnya, huruf atau suku kata mana yang boleh dihilangkan, bagaimana cara menggabungkannya, dan sebagainya. Kalau salah menggabungkan, bisa-bisa malah jadi beda arti atau bahkan nggak punya arti sama sekali. Makanya, buat bikin tembung garba ini butuh pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Jawa.
Selain dalam tembang dan kakawin, tembung garba juga kadang-kadang dipakai dalam percakapan sehari-hari, meskipun nggak sebanyak tembung saroja. Biasanya, tembung garba yang dipakai adalah yang sudah umum dan sering didengar. Tapi, kalau kita bikin tembung garba sendiri yang nggak umum, bisa-bisa malah bikin orang bingung.
Jadi, intinya, tembung garba itu penggabungan kata dengan menghilangkan sebagian huruf atau suku kata. Tujuannya biar lebih ringkas, enak diucapkan, atau buat alasan estetika. Penggunaannya juga nggak sembarangan, harus memperhatikan aturan-aturan tertentu. Dan yang paling penting, tembung garba ini punya peran penting dalam menjaga keindahan dan kelestarian bahasa Jawa.
100 Contoh Tembung Saroja
Oke deh, biar makin jelas, ini dia 100 contoh tembung saroja yang bisa kalian pelajari:
- Adi luhung
- Andhap asor
- Ayem tentrem
- Bagyo mulya
- Becik ketitik ala ketara
- Budi pekerti
- Gandrung kasmaran
- Gemah ripah loh jinawi
- Guyub rukun
- Ilang musna
- Jujur adil
- Kaya raya
- Luhur budi
- Maju makmur
- Murah asih
- Nalar budi
- Rame gumuruh
- Sehat waras
- Tata krama
- Urip tentrem
- Waspada eling
- Yakin mantap
- Zahir batin
- Aji mumpung
- Asih tresna
- Bakti bekti
- Bela sungkawa
- Donga pamuji
- Eling waspada
- Gedhe dhuwur
- Golek rejeki
- Idep manut
- Jaga diri
- Kandel kaprah
- Lila legawa
- Mungkur nyawang
- Nrimo ing pandum
- Padhang jingglang
- Rukun agawe santosa
- Sabaya pati sabaya mukti
- Teguh kukuh
- Ulet kendel
- Wani perih
- Yuwana slamet
- Adeg jejeg
- Alim ulama
- Bagus kuwat
- Bendara gusti
- Dados nyata
- Endah peni
- Gembira bungah
- Gotong royong
- Ikhlas lila
- Janji prasetya
- Katon gumawang
- Kukuh bakuh
- Lurus jujur
- Mantep jangkep
- Ngerti sadar
- Olah rasa
- Pandai trampil
- Resik suci
- Sabar narima
- Tabah tangguh
- Ujub kabul
- Wanodya wanita
- Yen wus mangsa
- Agawe bubrah
- Angkara murka
- Bebendu bebaya
- Bingung susah
- Duka nestapa
- Esem guyu
- Galak kemproh
- Gugup gelisah
- Iba kaduman
- Jemblung kepalang
- Kaget gumun
- Klungsuwan rambutan
- Lamis cidra
- Malu isin
- Nesu bendu
- Ora ilok
- Pecah buyar
- Riwut lesus
- Sakit ngelu
- Tambah suwe
- Uwis uwus
- Wedi getih
- Yakin sumeleh
- Akal budi
- Bener pener
- Cetha welo-welo
- Dalan buntu
- Eling purwa duksina
- Golek slamet
- Ikhlas ati
- Jaga kasarasan
- Kasih sayang
- Langgeng kuncara
100 Contoh Tembung Garba
Selanjutnya, ini dia 100 contoh tembung garba yang bisa kalian jadikan referensi:
- Aneng (ana + ing)
- Apura (apura + a)
- Arga (ari + haga)
- Bangetnget (banget + banget)
- Bawananta (bawa + ananta)
- Dadyo (dadi + o)
- Dene (ing + kene)
- Duk (iku +)
- Duking (iku + ing)
- Dupi (dumugi +)
- Ekaesti (eka + siwi)
- Ikuwawrat (iku + uawrat)
- Ingkang (ing +kang)
- Janmajalma (janma + jalma)
- Jejangkung (jejeg + njangkung)
- Kalawan (kala + lawan)
- Kangmas (kakang + mas)
- Karoban (karob + ban)
- Katrangan (katrangan + an)
- Kawuryan (kawuryan + ing)
- Kinarya (kinar + ya)
- Kukuban (kuku + uban)
- Kumendel (kumenthus + mendhel)
- Kunarpa (kuneng + arpa)
- Kwasa (ku + wasa)
- Labuhlabet (labuh + labet)
- Lagyan (lagi + an)
- Malengkung (malang + lengkung)
- Mangkana (mangke + ana)
- Marmanta (marma + anta)
- Martatmaja (marta +atmaja)
- Midereng (mider + ing)
- Mrabawani (mraba + wani)
- Nalendra (nata + indra)
- Narpati (narpa + pati)
- Nekatamba (neka + tamba)
- Nenggala (eneng + gala)
- Nirbaya (nir + baya)
- Nugrahanta (nugraha + anta)
- Pakpikpek (pak + pik + pek)
- Pamadya (pama + madya)
- Pamitran (pami + tran)
- Panastren (panas + tren)
- Pandulu (pan + dulu)
- Peksiuwari (peksi + uwari)
- Pindomlaku (pindo + mlaku)
- Prabasuyasa (praba + suyasa)
- Pramudita (pramita + udita)
- Prasasat (prasada + sat)
- Purbawisesa (purba + wisesa)
- Ratuajurit (ratu + ajurit)
- Ronakamuka (ronaka + muka)
- Saluglugu (salug + lugu)
- Samekta (same + kta)
- Sarotama (saro + utama)
- Sasrawungan (sasra + wungan)
- Sekararum (sekar + arum)
- Sengkalan (sengk + alan)
- Sinatriyan (sinatrya + an)
- Sirnakara (sirna + kara)
- Somahita (soma + hita)
- Sudiro (su + diro)
- Suprapta (su + prapta)
- Surendra (surya + indra)
- Swakarya (swa + karya)
- Tanapi (tan + api)
- Tarlen (tan + liyan)
- Tarpujine (tar + pujine)
- Tekakna (teka + kana)
- Telasih (telas + sih)
- Tinanggenah (tinangge + nah)
- Triprakara (tri + prakara)
- Tumingal (tum + ingal)
- Tyaswening (tyas + wening)
- Ujarirara (ujar + irara)
- Untunging (untung + ing)
- Upadrawa (upa + drawa)
- Urawanita (ura + wanita)
- Utamane (utama + ne)
- Wahananing (wahana + ning)
- Widadari (wida + dari)
- Wijilira (wijil + ira)
- Winadiwati (winadi + wati)
- Winantuwi (winantu + wi)
- Winedar (wine + edar)
- Wiratmaya (wira + atmaya)
- Wisangkara (wisa + ngkara)
- Wismeng (wisma + ing)
- Wongsanala (wongsa + anala)
- Wratsangka (wrat + sangka)
- Yeku (iku +)
- Yogyanira (yogya + nira)
- Ywaiku (iya + iku)
- Ywangagung (hyang + agung)
- Ywareh (iya + wareh)
- Dukeng (duka + ing)
- Mangkono (mangke + iku)
- Kadyangga (kadi + engga)
- Narendra (nara + indra)
- Prasida (pra + sida)
Semoga contoh-contoh ini bisa membantu kalian lebih memahami tembung saroja dan tembung garba ya, guys! Jangan lupa dipelajari dan dipraktikkan biar bahasa Jawa kita tetap lestari. Kalau ada pertanyaan, jangan sungkan buat nanya di kolom komentar ya! Semangat belajar bahasa Jawa!